Ingin
rasanya kuceritakan tentang bagaimana hebatnya matahari pagi ini menyinari
bumiku dengan kehangatannya. Ingin kuserukan tentang rinai hujan indah yang
menyanyikan lagu-lagu kenangan dengan sangat merdu. Ingin kuperlihatkan
goresan-goresan warna langit menakjubkan yang dinamai dengan pelangi itu yang
selalu saja mampir di kota kecilku ini. Lalu ingin pula kutunjukkan semburat
jingga pekat di sebelah barat sana. Sunset indah yang damai dan menjadi hal
yang sangat kita sukai itu.
Tapi
sia-sia... Aku harus menyimpan semua cerita ini untukku sendiri. Aku dan kamu
hanya pernah berjumpa melalui hati, tidak mata, tidak telinga, tidak perasa.
Dan sepertinya takdir ini enggan untuk membuat kita menyatu seutuhnya. Kamu
menghilang begitu saja. Menghindariku sejauh-jauhnya. Kini aku tak lagi bisa
mengabarkan tentang hujan, pelangi, senja, pagi, malam, dan bintang seperti dahulu.
Suaraku tak lagi sanggup untuk kau dengar. Tak ada alasan lagi untukku berani
menghampiri hatimu.
Lalu
kepada siapa semua kabar ini akan berlabuh? Kepada siapa mesti kupersembahkan
kabar yang telah dengan susah payah kurangkai ini?
Hening
.. sepi sekali.. tak ada yang menyahut. Hanya ada angin yang sedari tadi
bermain-main dengan ujung kerudung panjangku. Ya sudah, biarlah semuanya
kukabarkan kepada angin saja. Berharap angin sudi menyampaikan kepadamu. Dan
membuatmu tahu segalanya.